Bimbingan belajar merupakan upaya
guru untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajarnya. Secara
umum, prosedur bimbingan belajar dapat ditempuh melalui langkah-langkah sebagai
berikut
1.     
Identifikasi kasus
Identifikasi kasus merupakan upaya untuk menemukan
siswa yang diduga memerlukan layanan bimbingan belajar. Robinson dalam Abin
Syamsuddin Makmun (2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan
untuk mendeteksi siswa yang diduga mebutuhkan layanan bimbingan belajar, yakni
:
Ø 
Call them approach; melakukan wawancara dengan
memanggil semua siswa secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat
ditemukan siswa yang benar-benar membutuhkan layanan bimbingan.
Ø 
Maintain good relationship; menciptakan hubungan
yang baik, penuh keakraban sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru
dengan siswa. Hal ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya
terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya melalui
kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya.
Ø 
Developing a desire for counseling; menciptakan
suasana yang menimbulkan ke arah penyadaran siswa akan masalah yang
dihadapinya. Misalnya dengan cara mendiskusikan dengan siswa yang bersangkutan
tentang hasil dari suatu tes, seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil
pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak
lanjutnya.
Ø 
Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa,
dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan
belajar yang dihadapi siswa.
Ø 
Melakukan analisis sosiometris, dengan cara ini
dapat ditemukan siswa yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian social
2.     
Identifikasi Masalah
Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis,
karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa. Dalam konteks Proses
Belajar Mengajar, permasalahan siswa dapat berkenaan dengan aspek : (a)
substansial – material; (b) struktural – fungsional; (c) behavioral; dan atau
(d) personality. Untuk mengidentifikasi masalah siswa, Prayitno dkk. telah
mengembangkan suatu instrumen untuk melacak masalah siswa, dengan apa yang
disebut Alat Ungkap Masalah (AUM). Instrumen ini sangat membantu untuk
mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi siswa, seputar aspek : (a) jasmani
dan kesehatan; (b) diri pribadi; (c) hubungan sosial; (d) ekonomi dan keuangan;
(e) karier dan pekerjaan; (f) pendidikan dan pelajaran; (g) agama, nilai dan
moral; (h) hubungan muda-mudi; (i) keadaan dan hubungan keluarga; dan (j) waktu
senggang.
3.     
Diagnosis
Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan
faktor-faktor penyebab atau yang melatarbelakangi timbulnya masalah siswa.
Dalam konteks Proses Belajar Mengajar faktor-faktor yang penyebab kegagalan
belajar siswa, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun out put
belajarnya. W.H. Burton membagi ke dalam dua bagian faktor-faktor yang mungkin dapat menimbulkan kesulitan atau kegagalan
belajar siswa, yaitu : (a) faktor internal; faktor yang besumber dari dalam
diri siswa itu sendiri, seperti : kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan,
bakat, kepribadian, emosi, sikap serta kondisi-kondisi psikis lainnya; dan (b)
faktor eksternal, seperti : lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk
didalamnya faktor guru dan lingkungan sosial dan sejenisnya.
4.     
Prognosis
Langkah ini untuk memperkirakan apakah masalah yang
dialami siswa masih mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai alternatif
pemecahannya, Hal ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan dan
menginterpretasikan hasil-hasil langkah kedua dan ketiga. Proses mengambil
keputusan pada tahap ini seyogyanya terlebih dahulu dilaksanakan konferensi
kasus, dengan melibatkan pihak-pihak yang kompeten untuk diminta bekerja sama
menangani kasus – kasus yang dihadapi.
5.     
Remedial atau referal (Alih Tangan Kasus)
Jika jenis dan sifat serta sumber permasalahannya
masih berkaitan dengan sistem pembelajaran dan masih masih berada dalam
kesanggupan dan kemampuan guru atau guru pembimbing, pemberian bantuan
bimbingan dapat dilakukan oleh guru atau guru pembimbing itu sendiri. Namun,
jika permasalahannya menyangkut aspek-aspek kepribadian yang lebih mendalam dan
lebih luas maka selayaknya tugas guru atau guru pembimbing sebatas hanya
membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih kompeten.
6.     
Evaluasi dan Follow Up
Cara manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha pemecahan
masalah seyogyanya dilakukan evaluasi dan tindak lanjut, untuk melihat seberapa
pengaruh tindakan bantuan (treatment) yang telah diberikan terhadap pemecahan
masalah yang dihadapi siswa. Berkenaan
dengan evaluasi bimbingan, Depdiknas telah memberikan kriteria-kriteria
keberhasilan layanan bimbingan belajar, yaitu :
Ø 
Berkembangnya pemahaman baru yang diperoleh
siswa berkaitan dengan masalah yang dibahas;
Ø 
Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan
materi yang dibawakan melalui layanan, dan
Ø 
Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
siswa sesudah pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut
pengentasan masalah yang dialaminya.
Sementara itu, Robinson dalam Abin
Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan beberapa kriteria dari keberhasilan dan
efektivitas layanan yang telah diberikan, yaitu apabila:
Ø 
Siswa telah menyadari (to be aware of) atas
adanya masalah yang dihadapi.
Ø 
Siswa telah memahami (self insight) permasalahan
yang dihadapi.
Ø 
Siswa telah mulai menunjukkan kesediaan untuk
menerima kenyataan diri dan masalahnya secara obyektif (self acceptance).
Ø 
Siswa telah menurun ketegangan emosinya (emotion
stress release).
Ø 
Siswa telah menurun penentangan terhadap
lingkungannya
Ø 
Siswa mulai menunjukkan kemampuannya dalam
mempertimbangkan, mengadakan pilihan dan mengambil keputusan secara sehat dan
rasional.
Ø 
Siswa telah menunjukkan kemampuan melakukan
usaha –usaha perbaikan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya, sesuai
dengan dasar pertimbangan dan keputusan yang telah diambilnya
Metode debat merupakan salah satu
metode pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik
siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan kontra. Siswa
dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari empat orang.
Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang mengambil posisi pro dan dua orang
lainnya dalam posisi kontra) melakukan perdebatan tentang topik yang
ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang menyangkut kedua posisi pro dan
kontra diberikan kepada guru.
Selanjutnya guru dapat mengevaluasi
setiap siswa tentang penguasaan materi yang meliputi kedua posisi tersebut dan
mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat dalam prosedur debat.
Pada dasarnya, agar semua model
berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran kooperatif, setiap model harus
melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa saling membantu dan mendukung
ketika mereka belajar materi dan bekerja saling tergantung (interdependen)
untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang dibutuhkan dalam usaha
berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan menyelesaikan tugas
kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan peran siswa dapat
ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut mungkin
bermacam-macam menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder), pembuat
kesimpulan (summarizer), pengatur materi (material manager), atau fasilitator
dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses belajar.
Ada beberapa metode pembelajaran
antara lain :
1.      Ceramah. 
Metode
ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah dengan kombinasi metode yang
bervariasi. Mengapa disebut demikian, sebab ceramah dilakukan dengan ditujukan
sebagai pemicu terjadinya kegiatan yang partisipatif (curah pendapat, disko,
pleno, penugasan, studi kasus, dll). Selain itu, ceramah yang dimaksud disini
adalah ceramah yang cenderung interaktif, yaitu melibatkan peserta melalui
adanya tanggapan balik atau perbandingan dengan pendapat dan pengalaman
peserta. Media pendukung yang digunakan, seperti bahan serahan (handouts),
transparansi yang ditayangkan dengan OHP, bahan presentasi yang ditayangkan
dengan LCD, tulisan-tulisan di kartu metaplan dan/kertas plano, dll.
2.      Diskusi
umum (Diskusi Kelas).
Metode
ini bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi / pengalaman
diantara peserta, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran (gagasan,
kesimpulan). Untuk mencapai kesepakatan tersebut, para peserta dapat saling
beradu argumentasi untuk meyakinkan peserta lainnya. Kesepakatan pikiran inilah
yang kemudian ditulis sebagai hasil diskusi. Diskusi biasanya digunakan sebagai
bagian yang tak terpisahkan dari penerapan berbagai metode lainnya, seperti:
penjelasan (ceramah), curah pendapat, diskusi kelompok, permainan, dan lain-lain. 
3.      Curah
Pendapat (Brainstorming).
Metode
curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan,
pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta. Berbeda
dengan diskusi, dimana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi (didukung,
dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta lain, pada penggunaan
metode curah pendapat pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi. Tujuan curah
pendapat adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat, informasi,
pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya kemudian dijadikan
peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mindmap) untuk menjadi
pembelajaran bersama.
4.     
Diskusi Kelompok. 
Sama seperti diskusi, diskusi kelompok adalah
pembahasan suatu topik dengan cara tukar pikiran antara dua orang atau lebih,
dalam kelompok-kelompok kecil, yang direncanakan untuk mencapai tujuan
tertentu. Metode ini dapat membangun suasana saling menghargai perbedaan
pendapat dan juga meningkatkan partisipasi peserta yang masih belum banyak
berbicara dalam diskusi yang lebih luas. Tujuan penggunaan metode ini adalah
mengembangkan kesamaan pendapat atau kesepakatan atau mencari suatu rumusan
terbaik mengenai suatu persoalan.Setelah diskusi kelompok, proses dilanjutkan
dengan diskusi pleno. Pleno adalah istilah yang digunakan untuk diskusi kelas
atau diskusi umum yang merupakan lanjutan dari diskusi kelompok yang dimulai
dengan pemaparan hasil diskusi kelompok.
5.     
Bermain Peran (Role-Play). 
Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk
‘menghadirkan’ peranperan yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu
‘pertunjukan peran’ di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai
bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap . Misalnya: menilai
keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian
memberikan saran / alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut.
Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’,
dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran.
6.     
Simulasi. 
Metode simulasi adalah bentuk metode praktek yang
sifatnya untuk mengembangkan ketermpilan peserta belajar (keterampilan mental
maupun fisik/teknis). Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan
atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktek di dalam
situasi yang sesungguhnya. Misalnya: sebelum melakukan praktek penerbangan,
seorang siswa sekolah penerbangan melakukan simulasi penerbangan terlebih
dahulu (belum benar-benar terbang). Situasi yang dihadapi dalam simulasi ini
harus dibuat seperti benar-benar merupakan keadaan yang sebenarnya (replikasi
kenyataan).Contoh lainnya, dalam sebuah pelatihan fasilitasi, seorang peserta
melakukan simulasi suatu metode belajar seakan-akan tengah melakukannya bersama
kelompok dampingannya. Pendamping lainnya berperan sebagai kelompok dampingan
yang benar-benar akan ditemui dalam keseharian peserta (ibu tani, bapak tani,
pengurus kelompok, dsb.). Dalam contoh yang kedua, metode ini memang mirip
dengan bermain peran. Tetapi dalam simulasi, peserta lebih banyak berperan
sebagai dirinya sendiri saat melakukan suatu kegiatan/tugas yang benar-benar
akan dilakukannya.
7.     
Sandiwara. 
Metode sandiwara seperti memindahkan ‘sepenggal
cerita’ yang menyerupai kisah nyata atau situasi sehari-hari ke dalam
pertunjukkan. Penggunaan metode ini ditujukan untuk mengembangkan diskusi dan
analisa peristiwa (kasus). Tujuannya adalah sebagai media untuk memperlihatkan
berbagai permasalahan pada suatu tema (topik) sebagai bahan refleksi dan
analisis solusi penyelesaian masalah. Dengan begitu, rana penyadaran dan
peningkatan kemampuan analisis dikombinasikan secara seimbang.
8.     
Demonstrasi. 
Demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk
membelajarkan peserta dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah
pengerjaan sesuatu. Demonstrasi merupakan praktek yang diperagakan kepada
peserta. Karena itu, demonstrasi dapat dibagi menjadi dua tujuan: demonstrasi
proses untuk memahami langkah demi langkah; dan demonstrasi hasil untuk
memperlihatkan atau memperagakan hasil dari sebuah proses.Biasanya, setelah
demonstrasi dilanjutkan dengan praktek oleh peserta sendiri. Sebagai hasil,
peserta akan memperoleh pengalaman belajar langsung setelah melihat, melakukan,
dan merasakan sendiri. Tujuan dari demonstrasi yang dikombinasikan dengan
praktek adalah membuat perubahan pada rana keterampilan.
9.     
Praktek Lapangan. 
Metode praktik lapangan bertujuan untuk melatih dan
meningkatkan kemampuan peserta dalam mengaplikasikan pengetahuan dan
keterampilan yang diperolehnya. Kegiatan ini dilakukan di ‘lapangan’, yang bisa
berarti di tempat kerja, maupun di masyarakat. Keunggulan dari metode ini
adalah pengalaman nyata yang diperoleh bisa langsung dirasakan oleh peserta,
sehingga dapat memicu kemampuan peserta dalam mengembangkan kemampuannya. Sifat
metode praktek adalah pengembangan keterampilan.
10.  Permainan
(Games). 
Permainan (games), populer dengan berbagai sebutan
antara lain pemanasan (ice-breaker) atau penyegaran (energizer). Arti harfiah
ice-breaker adalah ‘pemecah es’. Jadi, arti pemanasan dalam proses belajar
adalah pemecah situasi kebekuan fikiran atau fisik peserta. Permainan juga
dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan
antusiasme. Karakteristik permainan adalah menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan (fun) serta serius tapi santai (sersan). Permainan digunakan untuk
penciptaan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak
(akrab), dan dari jenuh menjadi riang (segar). Metode ini diarahkan agar tujuan
belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam suasana gembira meskipun
membahas hal-hal yang sulit atau berat.Sebaiknya permainan digunakan sebagai
bagian dari proses belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar
permainan. Permainan sebaiknya dirancang menjadi suatu ‘aksi’ atau kejadian
yang dialami sendiri oleh peserta, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk
menjadi hikmah yang mendalam (prinsip, nilai, atau pelajaran-pelajaran).
Wilayah perubahan yang dipengaruhi adalah rana sikap-nilai.
11.  Metode
Tanya jawab
Metode tanya jawab adalah suatu cara mengelola
pembelajaran dengan mengahasilkan
pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa memahami materi tersebut. Metoda Tanya Jawab akan menjadi
efektif bila materi yang menjadi topic bahasan
menarik, menantang dan memiliki nilai aplikasi tinggi. Pertanyaaan yang diajukan bervariasi, meliputi pertanyaan
tertutup (pertanyaan yang jawabannya hanya satu
kemungkinan) dan pertanyaan terbuka (pertanyaan dengan banyak kemungkinan jawaban), serta disajikan dengan cara yang
menarik. 
12.  Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah cara mengajar atau
penyajian materi melalui penugasan siswa untuk melakukan suatu pekerjaan.
Pemberian tugas dapat secara individual atau kelompok. Pemberian tugas untuk
setiap siswa atau kelompok dapat sama dan dapat pula berbeda. Agar pemberian tugas dapat menunjang
keberhasilan proses pembelajaran, maka: 
ü  Tugas harus bisa dikerjakan oleh
siswa atau kelompok siswa, 
ü  Hasil dari kegiatan ini dapat
ditindaklanjuti dengan presentasi oleh siswa dari satu kelompok dan ditanggapi
oleh siswa dari kelompok yang lain atau oleh guru yang bersangkutan, serta 
ü 
Di
akhir kegiatan ada kesimpulan yang didapat
13.  Metode Eksperimen
Metode
eksperimen adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana siswa melakukan
aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang
dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri
atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek,
menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek yang
dipelajarinya. Di dalam TIK, percobaan banyak dilakukan pada pendekatan
pembelajaran analisis sistem terhadap produk teknik atau bahan.
Percobaan dapat dilakukan melalui kegiatan
individual atau kelompok. Hal ini tergantung dari tujuan dan makna percobaan
atau jumlah alat yang tersedia. Percobaan ini dapat dilakukan dengan
demonstrasi, bila alat yang tersedia hanya satu atau dua perangkat saja.
14.  Metode
Demonstrasi
Metode
demonstrasi adalah cara pengelolaan pembelajaran dengan memperagakan atau
mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi, benda, atau cara kerja
suatu produk teknologi yang sedang dipelajari. Demontrasi dapat dilakukan
dengan menunjukkan benda baik yang sebenarnya, model, maupun tiruannya dan
disertai dengan penjelasan lisan.
Demonstrasi akan menjadi aktif jika
dilakukan dengan baik oleh guru dan selanjutnya dilakukan oleh siswa. Metoda
ini dapat dilakukan untuk kegiatan yang alatnya terbatas tetapi akan dilakukan
terus-menerus dan berulang-ulang oleh siswa.
15.   Metode
Tutorial/Bimbingan
Metode
tutorial adalah suatu proses pengelolaan pembelajaran yang dilakukan melalui
proses bimbingan yang diberikan/dilakukan oleh guru kepada siswa baik secara
perorangan atau kelompok kecil siswa. Disamping metoda yang lain, dalam
pembelajaran Pendidikan Teknologi Dasar, metoda ini banyak sekali digunakan,
khususnya pada saat siswa sudah terlibat dalam kerja kelompok.
Peran guru sebagi fasilitator,
moderator, motivator dan pembimbing sangat dibutuhkan oleh siswa untuk
mendampingi mereka membahas dan menyelesaikan tugas-tugasnya Penyelenggaraan
metoda tutorial dapat dilakukan seperti contoh berikut ini:
Ø 
Misalkan sebuah kelas dalam bahan ajar
Pengerjaan Kayu 2, jam pelajaran pertama digunakan dalam bentuk kegiatan
klasikal untuk menjelaskan secara umum tentang teori dan prinsip.
Ø 
Kemudian para siswa dibagi menjadi empat
kelompok untuk membahas pokok bahasan yang berbeda, selanjutnya dilakukan
rotasi antar kelompok.
Ø 
Sementara para siswa mempelajari maupun
mengerjakan tugas-tugas, guru berkeliling diantara para siswa, mendengar,
menjelaskan teori, dan membimbing mereka untuk memecahkan problemanya.
Ø 
Dengan bantuan guru, para siswa memperoleh
kebiasaan tentang bagaimana mencari informasi yang diperlukan, belajar sendiri
dan berfikir sendiri.
Perhatian guru dapat diberikan lebih intensif kepada
siswa yang sedang mengoperasikan alat-alat yang belum biasa digunakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar